Berproses II


Langkah yang udah gue mulai gak bisa berhenti sampai di sini dong ya? Ibarat kata, gue udah nyemplung kali nih, masa iyak mau selesai? Mending sekalian berenang deh, setidaknya ngerasain gimana baunya kali Ciliwung. Nyambung gak analoginya? Haha.
Seusai diminta untuk menghubungi guru ngajinya doi, hal pertama yang gue lakuin adalah minta petunjuk Allah. (Tsaah). Gerogi juga gue men. Kadang gue juga ngaca kali ya, doi ini orangnya lurus banget, kalau gue kepo-kepo doi ini termasuk orang yang sangat baik di kampusnya. Beda banget sama gue yang rada-rada begundal. Terus, apa gue cocok buat doi?
Pernah gak lo ngerasa gitu? Sering? Eh, emang lo yang baca ini udah berapa kali melangkah sampai ta’aruf? (wehehe). Jangan-jangan lo pada termasuk yang kebanyakan mikir sampai gak pernah melangkah?
Intinya sob, kita gak pernah tahu, siapa yang bakal jadi pasangan hidup kelak. Bisa jadi teman baik lo, bisa jadi temen SD lo, bisa jadi juga tetangga samping rumah lo. Sikap kita yang baik gimana? Ya, gak usah berlebihan sih menurut gue. Kaya gue nih saat lagi proses sama doi. Gue tahu lah kapasitas diri gue. Gue paham siapa diri ini sebenarnya. Tugas gue toh cuma berjuang seoptimal mungkin sembari memperbaiki diri. Siapa yang paham sih takdir Allah tuh gimana bentuknya di masa depan?
Jadi saat lo mulai ragu dengan siapa diri lo ketika dihadapkan dengan takdir-Nya. Hati-hati tuh, bisa jadi itu salah satu perangkap syaithan agar lo gak bergegas melangkah ke kebaikan. Udah jalani aja sambil terus minta petunjuk Allah. Biar Allah yang nuntun. Biar Allah yang kasih jalan. Tugas kita ikhtiar dan doa yang terbaik, pada akhirnya tawakal aja yang bisa kita lakukan, kan?
Oh ya, Proses taaruf ini kenapa dibantu guru ngaji, karena biar komunikasi diantara kami tuh dibatasi soob. Niatnya kan menikah dengan cara yang baik, maka harus juga dilalui dengan jalan-jalan baik juga. Apa gak bisa lewat ortu? Boleh aja, asalkan ortu kalian sama-sama paham langkahnya apaan aja. Jangan sampai nanti melanggar batas-batasnya, akhirnya sama aja dengan orang-orang yang pacaran. “Benci banget sih lo sama yang pacaran, Ndu?” Bukan benci, cuma gak pengen kalian juga ikut-ikutan! Gak ada faedahnya!
Balik lagi nih, inget banget tuh gue, saat menghubungi guru ngajinya doi. Hal pertama yang ditanyakan beliau adalah, minta kontak guru ngaji gue juga. Ibarat kata ya, ini guru silat mau kontak-kontakan sama guru silat, sebelum sesame anak didiknya bersatu mengalahkan lawan-lawan kehidupan mereka. Kaku banget yak?
Gini sob, beberapa guru ngaji tuh gak cuma ngajarin alif ba ta tsa aja lho. Ada yang sampai merasa anak didiknya tuh kaya anak sendiri. Hubungan mereka udah dekat banget secara perasaan. Masa iyak, orang tua mau nyerahin anaknya ke orang yang gak dikenal. Terus hubungannya tanya guru ngaji gue apa? Biasanya sesama guru ngaji tuh tahu, apa plus-minusnya si anak didik, tanpa dikurangi dan ditambahi. Pahamkan?
Singkat cerita, guru ngaji kami saling bersepakat untuk membantu proses pernikahan kami. Diawali dengan fase tukeran proposal nikah. Kaget gak ada proposal segala? Dikira mau minta dana buat event, kali yak? Ribet amat yak mau nikah? Kenapa gak saling tanya aja sih?
Ya, gue sih cuma menjalani aja sob aturan yang berlaku. Lagian kalau lo tahu fungsinya juga, insyaAllah baik kok. Coba deh lo bayangin, gimana cara lo mau kenal awal tentang si doi, kalau lo gak tahu yang sesungguhnya dari doi. Nah lewat proposal ini, masing-masing dari kami akan menceritakan siapa diri kami sebenarnya. Rencana hidup 5 tahun, 10 tahun, bahkan sampai tua nanti. Bukan hanya itu, gambaran keluarga lo juga penting sob, karena dengan adanya gambaran kondisi keluarga, bisa jadi pertimbangan tentang bagaimana si calon pasangan akan beradaptasi.
Misalnya nih yak, keluarga gue gak suka makan pete, lah gimana caranya kalau ternyata si calon, malah gak bisa makan kalau gak ada pete. (tapi ini contoh doang kok). Paham kan? Tapi tenang aja, gak cukup sampai disini aja. Sama seperti semua proposal lainnya. Pengajuan proposal akan berakhir pada fase presentasi untuk bisa lebih dipahami, ya kan? Tapi itu kalau lanjut?
Nah, proses setelah tukeran proposal ini yang agak penting. Keputusan akan lanjut atau tidak? Sederhana, setelah saling membaca dengan detail isi prosal masing-masing, kami diberi waktu untuk saling mengambil keputusan. Lanjut ke proses selanjutnya atau tidak?
Kalau gue sih lanjut, lha kan gue yang minta si doi buat jadi calon istri gue, pastinya sedikit banyak gue udah coba cari tahu lah ya tentang doi. Proposal ini untuk konfirmasi lebih detail aja. Apa gak bikin gue ragu setelah baca proposal nikahnya doi? Alhamdulillahnya sih, bikin gue makin mantap. Gak tahu kalau si doi. Mungkin aja doi ragu dan nolak untuk lanjut prosesnya. Apa mungkin yang begitu ada? Jelas lah, kita nikah itu bukan cuma buat sepekan atau sebulan, tapi sampai akhir hayat dan insyaAllah langgeng hingga surga-Nya. Kalau udah gak nyaman, ngapain dilanjutkan?
Jadi jawaban doi apa?
Gue juga penasaran! Sampai akhirnya gue dapat kabar dari guru ngajinya doi, kalau doi melanjutkan prosesnya ke tahapan selanjutnya!!! Alhamdulillah, semakin jauh gue melangkah, semakin ngeri-ngeri sedap yak! Proses selanjutnya butuh sedikit perjuangan, karena gue harus bertemu langsung dengan doi. Semua isi proposal kami akan dikonfirmasi satu sama lain lewat proses selanjutnya. Bukan hanya itu sih sob, lo bisa mastiin disana sampai hati lo tenang. Karena di sana saling melihat itu boleh. Melihat yang bukan aurat ye! Nah, lo harus yakin banget dengan pilihan itu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selera

first publish :D