Selera


Doi : Aku penasaran kenapa sih kamu milih aku dibanding si Fulanah?
Gue : Emangnya kenapa?
Doi : Menurutku ya Bang, fulanah itu lebih perfek. Cantik, satu daerah sama Abang, terus juga baik dan juga, ya lebih baik aja menurutku. Terus kenapa Abang pilihnya aku, bukan dia? Apa karena Abang ketemunya sama aku duluan dibanding dia?
Gue : Terus kalau aku ketemu dia duluan, aku bakal lebih milih dia gitu?
Doi : *Ngangguk* menunggu jawaban dari mulut gue
Gue : Abang mau tanya balik nih ke kamu. Kenapa kamu gak suka makan yang nasinya diangin-anginkan? Sebaliknya, kenapa aku malah gak suka makan dengan nasi yang terlalu panas kayak gitu?
Doi : Hmm…. Selera, Bang!
Gue : That’s it! *Gue pun menunjukkan senyum terbaik gue kepada istri tercinta*
Obrolan ini sengaja gue selipin di bagian ini. Tenang, obrolan ini terjadi saat udah nikah kok. Jadi insyaAllah obrolannya halal. Hehe. Obrolan kaya gini gak sekali dua kali loh terlepas dari kesadaran jiwa kami. Tujuannya bukan nge test sih, kalau gue, pengen nambah rasa cinta aja sama dia. Karena alasan dia nerima gue tuh, sungguh di atas kewajaran para wanita. Nanti gue ceritain sendiri bagian itu. insyaAllah.
Anyway, ada yang ngerti selera? Sering banget di iklan, “Pria Punya Selera”, haha, gue gak lagi iklan rokok, kok. Tapi semua orang punya selera! Sepakat kan? Nah, suut punya usut, dari sekian banyak kesamaan (yang gue cocoklogi sama istri saat sebelum pernikahan) ternyata yang gak samanya lebih banyak. Gila gak? Biasa aja sih. Tapi setidaknya ini bakal menjawab pertanyaan gue yang sedari dulu berkecamuk di pikiran, tentang konsep jodoh. Apakah harus dingin Vs dingin, atau dingin Vs panas, atau malah sebaliknya, panas vs panas. Jawabannya apa? Gak ada konsep pasti dalam jodoh! Makin bingung lo? Sama! Gue juga awalnya gitu. Tapi hati lo tahu kok yang paling cocok yang mana.
Back to selera! Terkhusus bagi lo yang masih jomblo. Gue cuma pengen berbagi aja (sombong banget dah lo, Tong), punya istri yang di mata kita sempurna (pintar, cantik, berada, keturunan orang baik) gak selalu baik di mata semua orang. Bahkan, dulu, di zaman sahabat nabi, ada loh pemuda yang sengaja nyari janda, karena dia sadar menikah dengan janda itu bakalan bikin adek-adeknya lebih hormat dan bisa “diatur” dibanding menikah dengan gadis yang seumuran dengan adek-adek meraka. Masuk akal gak? Gak ya? Yaudah jangan dibawa pikiran dulu!
Tapi selera itu emang gak bisa disamakan, sob! Mungkin di mata istri gue, fulanah yang dibilang-bilang itu perfect badai, tapi jujur aja sih, ada penilaian tersendiri buat gue terkait poin-poin yang dia sampaikan itu. Gue gak munafik ya, semua lelaki tuh pasti mencari yang wajahnya itu sedap dipandang (gue garis bawahi ya) bukan cantik tapi sedap dipandang, karena cantik itu relative, kalau sedap dipandang, sama relatif juga. Haha.
Pintar, ini wajib lah buat wanita zaman sekarang. Zaman udah gak karuan kayak gini, madrasah awal dari keturunan kita (insyaAlllah) haruslah bagaikan gerbang ilmu yang siap mengantarkan anak-anak kepada tempat yang baik. Tapi lagi-lagi semua punya pilihankan? Kalau lo nyari yang sempurna, maka gak akan pernah dapat. Karena kesempurnaan itu hanya ada pada Rabb kita, sob. (Tsah, sobet asyik nih).
Udah dah, cukup gini aja intermezzonya. Intinya, selera lo gak akan pernah sama dengan selera gue, ya kan? Tapi selera kebaikan itu ada standarnya. Minimal lo tahu si wanita ini pemahaman agamanya baik. Akhlaknya baik. Mau diajak berjuang di jalan kebaikan. Juga punya visi yang baik. Menurut gue poin-poin universal kaya gini yang harus kita pertimbangkan. Masalah selera, tanyakan kepada hati lo aja. Lo pengen nyari bidadari dunia tapi bloon atau nyari bidadari surga yang hidupnya menenangkan hati lo?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

first publish :D