Postingan

Khitbah I

30 Maret 2018, waktu yang udah disepakati untuk pertemuan gue dan keluarga doi. Ini menjadi perjalanan pertama gue dalam segala hal. Pertama naik bus jauh-jauh sendirian, pertama ke rumah calon dewekan gini. Ini gak sama dengan ta’aruf yang gak ada ortunya. Ini khitbah (lamaran) dan gue datang sendirian tanpa bantuan siapa-siapa kecuali Allah. (Tsahh).

"Konspirasi Wahyudi"

Gue bersyukur atas karunia Allah yang diberikan-Nya kepada gue. Kebiasaan merencanakan sesuatu dari jauh-jauh hari cukup berguna bagi gue. Salah satunya lewat ilham yang Allah berikan setelah berhari-hari dirundung ketidak jelasan kabar pernikahan Abang.

Drama I

Tidak ada yang lebih merisaukan dibanding menunggu, bener gak? Apalagi yang ditunggu adalah hasil yang mempengaruhi hidup lo ke depannya. Gak tanggung-tanggung nih, ini akan mempengaruhi kehidupan gue selama-lamanya karena tentang proses pernikahan yang semakin gak jelas kabarnya.

Nadzor (Melihat)

4 maret 2018, hari ahad. Waktu yang tidak pernah terlupakan seumur hidup gue. Kami akan melanjutkan proses ta’aruf data ke nadzor (saling melihat). Sejatinya, proses ini disebut ta’aruf juga, yang mana kami akan saling mengonfirmasi isi proposal nikah satu sama lain. Malam sebelum keberangkatan ada pesan dari guru ngaji gue.

Berproses II

Langkah yang udah gue mulai gak bisa berhenti sampai di sini dong ya? Ibarat kata, gue udah nyemplung kali nih, masa iyak mau selesai? Mending sekalian berenang deh, setidaknya ngerasain gimana baunya kali Ciliwung. Nyambung gak analoginya? Haha. Seusai diminta untuk menghubungi guru ngajinya doi, hal pertama yang gue lakuin adalah minta petunjuk Allah. (Tsaah). Gerogi juga gue men. Kadang gue juga ngaca kali ya, doi ini orangnya lurus banget, kalau gue kepo-kepo doi ini termasuk orang yang sangat baik di kampusnya. Beda banget sama gue yang rada-rada begundal. Terus, apa gue cocok buat doi?

Selera

Doi : Aku penasaran kenapa sih kamu milih aku dibanding si Fulanah? Gue : Emangnya kenapa? Doi : Menurutku ya Bang, fulanah itu lebih perfek. Cantik, satu daerah sama Abang, terus juga baik dan juga, ya lebih baik aja menurutku. Terus kenapa Abang pilihnya aku, bukan dia? Apa karena Abang ketemunya sama aku duluan dibanding dia? Gue : Terus kalau aku ketemu dia duluan, aku bakal lebih milih dia gitu?

Berproses

Gue masih inget waktu itu, setelah beberapa kali mastiin nyokap buat gak galau dengan keputusannya, akhirnya gue mengambil sikap untuk memulai langkah besar itu. Gue paham banget sih, apa yang gue lakuin ini gak bagus untuk dicontoh. Tapi semoga lo semua bisa ambil baiknya yak!